Langsung ke konten utama

Dampak Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan

Efek rumah kaca atau Green House Effect (GHE) terbentuk dari adanya gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi. Efek rumah kaca juga diartikan sebagai proses pemanasan alami, yang terjadi apabila gas-gasnya terperangkap radiasi panas di bumi. Dikutip dari buku IPA SMP/MTs Kelas VII terbitan Kemendikbud yang ditulis oleh Wahono Widodo, dkk, pada atmosfer bumi terdapat beberapa gas-gas rumah kaca alami yang penting, seperti siklus air, uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), Nitrous Oxide (N2O) , Methana (CH4), Ozon (O3), CFC, dan HFC. Tanpa adanya gas-gas tersebut, kehidupan di bumi tidak akan mungkin terjadi. Atas alasan tersebut, maka efek rumah kaca hanya dapat terjadi pada planet-planet yang memiliki lapisan atmosfer saja, seperti Bumi, Mars, Venus, dan satelit alami Saturnus. coba kalian bayangkan apabila gas-gas rumah kaca tidak ada pada atmosfer bumi? Suhu bumi akan menjadi sangat dingin, seperti halnya juga yang terjadi pada planet Mars. Sebaliknya, jika jumlah gas-gas rumah kaca di atmo...

Krisis Sampah Di Indonesia, Apa Yang Harus Kita Lakukan?





The National Plastic Action Partnership (NPAP) mencatatkan ada sekitar 4,8 juta ton per tahun sampah plastik di Indonesia tidak terkelola dengan baik seperti dibakar di ruang terbuka (48%), tak dikelola layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%) dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9%).

Project Manager di OPPA Duala Oktoriani menyatakan angka ini diprediksi bakal bertambah mengingat jumlah produksi sampah plastik di Indonesia menunjukkan tren meningkat 5% tiap tahun. Melihat kenyataan tersebut, peningkatan peran pekerja sektor informal dalam ekosistem pengelolaan sampah nasional sangat penting.

"Untuk pengelolaan sampah plastik saja misalnya, data NPAP mengatakan sektor ini mengumpulkan lebih dari 1 juta ton sampah plastik, dengan sekitar 500.000 ton sampah plastik (atau 7% dari total sampah plastik nasional) didapatkan langsung dari daerah pemukiman dan 560.000 ton plastik dari lokasi transit dan tempat pembuangan akhir," kata Duala dalam keterangannya,

Oleh karena itu, penyelesaian masalah plastik di Indonesia mau tidak mau harus melibatkan sektor informal. Untuk memaksimalkan kontribusi pekerja informal terhadap pengurangan polusi plastik.

Rencana Aksi Multi-Stakeholder NPAP mengusulkan untuk mengintegrasikan dan mendukung pekerja informal dalam sistem pengelolaan sampah dan daur ulang, memastikan kondisi kerja dan upah layak , lingkungan kerja yang aman dan bermartabat, serta merancang sistem pengelolaan sampah yang melibatkan sektor informal dalam kegiatan pengumpulan dan pemilahan.

"Perbaikan ini hanya mungkin terjadi jika para pemangku kepentingan berkolaborasi dan menghubungkan kegiatan mereka. IPCIC bertujuan untuk memungkinkan perkembangan ini dengan memfasilitasi pembentukan kemitraan dan konektivitas di seluruh sektor pengelolaan sampah," urai dia.

Untuk itu, National Plastic Action Partnership (NPAP) Indonesia berkolaborasi dengan World Economic Forum dan the Ocean Plastic Prevention Accelerator (OPPA) di acara the Informal Plastic Collection Innovation Challenge (IPCIC). Dalam kegiatan ini, tercatat sebanyak 78 inovator di bidang pengelolaan sampah telah mengirimkan solusinya melalui situs penyelenggara sejak 23 Maret 2021 hingga 9 Mei 2021 lalu.

Proses penjurian dan seleksi dilaksanakan berdasarkan relevansi tema, urgensi, dampak sosial-ekonomi serta potensi pengembangannya menuju skala lebih besar di Indonesia. Adapun 12 inovator dimaksud yaitu Duitin, Griiya Luhu, Kabadiwalla Connect, NEPRA, Octopus, Plastic Bank, Rekosistem, Second Life Ocean, Seven Clean Seas, The Kabadiwalla, dan ZeWS-Trashcon.

Dikatakan, para peserta yang terpilih akan diberikan dukungan lanjutan melalui program akselerator selama tiga bulan untuk meningkatkan kualitas solusi, mempersiapkan mereka memasuki pasar Indonesia, serta menghubungkan mereka ke calon partner dan investor. Program akan dibuka dengan serangkaian kegiatan onboarding dan Kick Off Summit.

Dalam kegiatan ini, para peserta akan dipertemukan dengan para mentor dan stakeholder terkait, serta mendapatkan sesi pengetahuan mengenai sistem penanganan sampah di Indonesia khususnya dalam kaitannya dengan sektor informal.

“Sebanyak 24 pakar terkait sektor persampahan Indonesia terlibat dalam proses seleksi. Semua ahli dengan hati-hati meninjau semua kiriman di UpLink dan mewawancarai inovator terpilih. Sungguh luar biasa melihat komitmen para ahli untuk menemukan solusi yang tepat untuk menjawab tantangan pengelolaan sampah di Indonesia,” kata Duala Oktoriani, Project Manager di OPPA.

Inovator terpilih juga akan menetapkan prioritas selama tiga bulan ke depan berdasarkan masukan dari berbagai stakeholder dalam sesi impact rotation dan baseline assessment. Selain itu kami berharap melalui serangkaian kegiatan ini, peserta terbiasa dengan pola pikir kolaboratif dan terbuka.


Sumber Refrensi : https://www.beritasatu.com/nasional/792091/48-juta-ton-per-tahun-sampah-plastik-di-indonesia-tidak-dikelola-dengan-baik

Komentar